This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Rabu, 26 Oktober 2011

seni ketangkasan domba garut



Seni ketangkasan Domba Garut merupakan salah satu kegemaran tersendiri yang disenangi serta ternak domba Garut dapat dikategorikan sebagai hewan kesayangan serta hewan kebanggaan. Domba Garut dipelihara secara khusus artinya dengan perlakuan dalam pemeliharaannya secara khusus terutama dalam membentuk tanduk agar memiliki temperamen yang indah dan kelihatan gagah, sehingga tercipta motto tentang domba garut yaitu “Tandang di Lapang, Gandang di Lapang, Indah Dipandang serta Enak Dipanggang”.

Seni ini merupakan ajang kontes dalam memilih bibit sebagai raja dan ratu bibit ternak domba Garut, karena setiap event pertandingan ternak domba yang bagus sangat mendapat sorotan setiap peternak dan penggemar, dengan sendirinya bahwa ternak tersebut memiliki harga yang sangat tinggi.

Perlombaan atau kontes ternak ini merupakan tempat berkumpulnya par peternak dan pemilik, para penggemar,tokoh Domba Garut serta perkumpulan organisasi profesi yang dihimpun dalam wadah HPDKI (Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia). Pemeliharaan Domba Garut sebagai domba tangkas (laga) telah sejak lama dilakukan oleh para peternak, penggemar ketangksan domba dengan perlakuan yang sangat istimewa serta kepemilikan domba tersebut dahulu disebut “juragan”. Peternak pemelihara harus memliki nilai jiwa seni yang khusus serta akrab dengan domba.

Berbagai upaya dan pengorbanan para peternak Domba Garut semata-mata diarahkan untuk menciptakan keunggulan Domba Garut pejantan di arena perlombaan (ketangkasan), sebab domba laga yang unggul akan menyandang gelar juara serta mendapart nilai jual yang melonjak tinggi. Karena ternak Domba Garut merupakan bagian dari ternak seni, maka setelah Domba Garut tandang di lapang, salah satu kegembiraan yang diraih oleh pemiliknya atau pelatihnya, ketika domba tersebut mengalunkan seni sesuai irama ketukan kendang.

Dalam seni ketangkasan domba jarang terjadi kecelakaan pada ternak domba apalagi sampai terjadi cacat atau mati, sebab setiap pertandingan selalu diawasi oleh :
• Dewan Hakim
• Dewan Juri
• Wasit

Domba Garut sebagai domba tangkas atau domba laga terbagi atas kelas-kelas, yaitu :
• Kelompok kelas A dengan berat badan 60 – 80 kg ;
• Kelompok kelas B dengan berat badan 40 – 59 kg ;
• Kelompok kelas C dengan berat badan 25 – 39 kg.

Demikian pula pukulan-pukulannya dibatasi menurut pembagian kelas masing-masing, umpamanya kelas A sebanyak 25 pukulan, kelas B sebanyak 20 pukulan dan kelas C sebanyak 15 pukulan. Selain dari pada pembagian kelas tersebut, ada pula pembagian khusus yang disebut kelas pasangan, kelas pasangan dikhususkan domba yang mempunyai criteria kesamaan warna bulu, tinggi, berat badan, keserasian tanduk, keserasian gaya pukulan dan keserasian lainnya. Untuk kelas ini jumlah pukulannya ditentukan 20 – 25 pukulan. Dasar penilaian dalam pertandingan inilai dari pukulan, gaya bertanding, ketangkasan dalam bertanding, keindahan fisik, kelincahan dan stamina.

Untuk keturunan yang bagus, anak domba jantan umur satu minggu sudah kelihatan bakal tanduknya, seiring dengan bertambahnya umur domba bertambah besar pula tanduknya. Pada saat pertumbuhan, tanduk itu tidak keluar langsung dan indah. Untuk menjadikan seperti yang diharapkan memerlukan suatu ketelatenan dan kemahiran dalam merawat tanduk. Beberapa pengalaman para peternak dalam merawat tanduk domba diantaranya sebagai berikut :
a. Agar tanduk berwarna hityam mengkilap, biasanya digosok dengan kemiri ;
b. Untuk membentuk tanduk yang simetris, dipanaskan dahulu kemudian diurut sambil dibentuk ;
c. Untuk melatih kekuatan, keindahan tanduk diberi latihan beradu 1 (satu) minggu sekali ;
d. Rambut / bulu di sekitar tanduk dibersihkan ;
e. Pencukuran bulu dilakukan secara rutin serta dibentuk tampak kelihatan gagah.

Pendekatan yang ditempuh adalah bagaimana memberikan pengertian kepada para peternak terutama dikeluarkannya kebijakan pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Garut agar keberadaan dan kelestarian seni ketangkasan Domba Garut memiliki nilai budaya yang dapat diakui oleh segenap masyarakat, bahwa seni ketangkasan ini bukan “NGADUKEUN DOMBA” tetapi seni yang dimilki oleh ternak domba yang harus dimodifikasi dan citra adu domba dengan sendirinya harus hilang dalam pandangan masyarakat luas.

Sejalan dengan pemahaman di atas bahwa yang harus dilakukan sebagai unsure seni adalah mengubah suasana adu domba yang tidak jelas keberadaannya dihimpun dalam wadah atau tatanan atauran dalam meningkatkan nilai tambah sebagai prestasi domba dan peternaknya. Hal tersebut perlu dilakukan sosialisasi pemahaman terhadap seni ketangkasan yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan prestasi sehingga seni ketangkasan Domba Garut
merupakan komoditi yang dapat dijual unsure seninya. OLeh karena itu diperlukan peranan pemerintah serta kumpulan peternak yang dihimpun dlam organisasi HPDKI
dalam meningkatkan keberadaan Domba Garut agar mampu berkiprah dalam meningkatkan pendapatan peternak sehingga peternak domba lebih maju, efisien dan tangguh untuk menambah devisa daerah.

Jaket Kulit Garut


Salah satu komoditas andalan dari pengrajin kulit di Kabupaten Garut adalah produksi pakaian jadi dari kulit dan jaket kulit sapi (agak keras) dan domba (lentur), yang di kalangan tertentu khususnya di lingkungan bisnis fashion terkenal dengan sebutan “Jaket Kulit Garut”.

Faktor pendukung terwujudnya sentra industri jaket kulit ini diantaranya adalah ketersediaan bahan baku. Sumber bahan baku di Kabupaten Garut cukup melimpah dengan lokasi yang strategis, berdekatan bahkan menyatu dalam lingkungan sentra industri kecil penyamakan kulit.



Selain itu letak geografis Kabupaten Garut yang dekat dengan kota Bandung sebagai pusat perdagangan pakaian jadi dan Jakarta sebagai pusat perdagangan nasional, memungkinkan pelaku bisnis untuk terus serius meningkatkan produksi jaket kulit karena mudah dipasarkan.

Saat ini di sektor industri pakaian jadi dari kulit di Kabupaten Garut tergabung 417 unit usaha formal dan non formal, dengan menyerap kurang lebih 3.000 tenaga kerja.  Dalam proses pendataan Dinas Perindustrian Perdagangan dan KUKM Kabupaten Garut pernah tercatat jumlah produksi per tahun Jaket Kulit Mulus adalah sekitar 50.000 potong dan Jaket Kulit Sambung sekitar 200.000 potong.  Adanya permintaan terhadap jaket kulit yang terus meningkat dari daerah di luar Kabupaten Garut (pasaran lokal maupun nasional) seperti dari Bandung, Jakarta atau beberapa kota di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali maupun Sumatera telah mendorong pengrajin jaket kulit di Kabupaten Garut tumbuh dan berkembang lebih cepat dibandingkan pengrajin kulit di daerah-daerah lainnya.

Selain memenuhi permintaan konsumen lokal dan nasional, Jaket Kulit Garut juga sudah merambah ke pasar internasional, seperti Singapura, Malaysia, Taiwan, Jepang, dll.  Data terakhir, jaket kulit Garut diekspor ke Singapura, Malaysia, Taiwan dan Australia dengan volume mencapai 9.488 potong senilai $448.464.  Ini menunjukan peningkatan ekpor yang cukup membaik dimana volume ekspor sebelumnya mencapai 5.100 potong senilai US$258.651,0

Hambatan yang dihadapi adalah teknologi pengolahan untuk percepatan proses produksi dan lemahnya pengendalian kualitas terhadap komoditas barang yang dihasilkan sehingga dapat mempengaruhi kinerja citra komoditas yang sudah terbentuk. Jika hambatan ini tidak diatasi, maka pengrajin kulit Garut akan kalah bersaing dengan pengrajin kulit dari daerah lain yang ironisnya justru mengolah kulit tersamak dari Garut.
Sumber : Pemerintah Kab Garut

Kulit Tersamak


Tingginya populasi dan kapasitas produksi ternak besar di Kabupaten Garut, mengawali tumbuh kembangnya industri kecil/rumahan pengolahan kulit tersamak di Kabupaten Garut yang saat ini menjadi salah satu nominatif terbesar di Indonesia. Permintaan kulit tersamak Garut dari berbagai daerah di Indonesia terus meningkat sejalan dengan peningkatan kreativitas para pelaku kerajinan kulit, khususnya kulit sapi dan domba dalam menciptakan keragaman komoditas hasil olahan dari bahan kulit.

Letak geografis Kabupaten Garut yang berdekatan dengan kota Bandung dan sekitarnya sebagai sentra pengolah pakaian jadi, sepatu, sandal, tas, dompet, dan komoditas lain dari kulit yang sangat produktif, juga turut memacu produktivitas penyamakan kulit di Kabupaten Garut. Setidaknya hal ini dapat diamati dari peningkatan jumlah unit usaha dan kapasitas produksi yang terjadi setiap tahun.
Sumber : Garutkab

Khas Garut Lainnya

BATIK TULIS GARUTAN



Kegiatan dan usaha pembatikan di Garut merupakan warisan nenek moyang yang berlangsung turun temurun dan telah berkembang lama sebelum masa kemerdekaan. Pada tahun 1945 Batik Garut semakin popular dengan sebutan Batik Tulis Garutan dan mengalami masa jaya antara tahun 1967 s.d. 1985. Dalam perkembangan berikutnya produksi Batik Garutan mengalami penurunan.
Hal ini disebabkan oleh semakin pesatnya batik printing/batik cap, kurangnya minat generasi penerus pada usaha batik tulis, ketidaktersediaan bahan dan modal, serta lemahnya strategi pemasaran.

Batik garutan umumnya digunakan untuk kain sinjang, namun berfungsi juga untuk memenuhi kebutuhan sandang dan lainnya. Bentuk motif batik Garut merupakan cerminan dari kehidupan sosial budaya, falsafah hidup, dan adat-istiadat orang Sunda. Beberapa perwujudan batik Garut secara visual dapat digambarkan melalui motif dan warnanya.

Berdasarkan pemikiran yang melatarbelakangi penciptaan batik Garut, maka motif-motif yang dihadirkan berbentuk geometrik sebagai ciri khas ragam hiasnya. Bentuk-bentuk lain dari motif batik Garut adalah flora dan fauna. Bentuk geometrik umumnya mengarah ke garis diagonal dan bentuk kawung atau belah ketupat. Warnanya didomiansi oleh warna krem dipadukan dengan warna-warna cerah lainnya yang merupakan karakteristik khas batik garutan.
sumber : garutkab

Minyak Akar Wangi (Vetiver Root Oil/Andropogon Zizanioides)


Minyak Akarwangi (Vetiver Root Oil/Andropogon Zizanioides), merupakan salah satu komoditas khas unggulan daerah Kabupaten Garut yang relatif masih baru, sebagaimana halnya dengan teh hijau dan tembakau yang merupakan bagian dari sub-sektor perkebunan. Minyak Akarwangi mempunyai prospek yang cerah untuk terus dikembangkan karena mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif serta masih terbukanya pangsa pasar, baik pasar domestik maupun pasar luar negeri.


Budi daya Akarwangi di Kabupaten Garut didasarkan pada keputusan Bupati Kabupaten Garut Nomor : 520/SK.196-HUK/96 tanggal 6 Agustus 1996, yang diantaranya menetapkan luas areal perkebunan Akarwangi dan pengembangannya oleh masyarakat seluas 2.400 Ha dan tersebar di empat kecamatan , yaitu kecamatan Samarang seluas 750 ha, Kecamatan Bayongbong seluas 210 ha, Kecamatan Cilawu seluas 240 ha, dan Kecamatan Leles seluas 750 ha.  Dari luas areal pengembangan tersebut, luas yang digarap pada setiap tahunnya mencapai rata-rata 12.400 ha dengan menghasilkan minyak akar wangi rata-rata sebanyak 54 ton.  Dalam setahun tercatat 2.400 Ha luas garapan perkebunan akar wangi memproduksi minyak sebanyak 72 Ton.
   
Kegiatan pengembangan Akarwangi melibatkan 4.027 orang anggota masyarakat (Kepala Keluarga) yang terdiri dari 1.964 orang sebagai pemilik dan 2063 orang sebagai petani/penggarap. Mereka tergabung dalam 28 Kelompok Tani yang tersebar di Kecamatan Samarang dan Pasirwangi 18 Kelompok Tani, Leles 5 Kelompok Tani, Cilawu 4 Kelompok Tani dan Bayongbong 1 Kelompok Tani. Jumlah pengolah atau penyuling sebanyak 33 unit yang tersebar di Kecamatan Samarang dan Pasirwangi 21 unit, Leles 9 unit, Bayongbong 1 unit dan Cilawu 2 unit.

Sebagai salah satu bahan dasar untuk pembuatan parfum dan kosmetika lainnya, pemasaran minyak akarwangi sampai saat ini tidak mengalami hambatan yang berarti. Produksi minyak Akarwangi Garut sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya semuanya terserap pasar dengan harga yang memadai (harga sesuai dengan harga yang berlaku), Meskipun demikian, sebenarnya harga tersebut masih bisa dioptimalkan lagi, jika kualitasnya pun dioptimalkan.

Sampai saat ini sesuai dengan data yang ada, pasar luar negeri yang menyerap produk Minyak Akarwangi Garut adalah para pengusaha dari kawasan Asia, Eropa dan Amerika khususnya negara-negara seperti Singapura, India, Jepang, Hongkong, Inggris, Belanda, Jerman, Italia, Swiss, dan Amerika Serikat. Peluang ekspor untuk pemasaran minyak Akarwangi yang juga masih cukup terbuka khususnya ekspor untuk kawasan Asia Selatan dan Asia Timur, Eropa Timur dan Amerika Selatan. Apalagi jika diingat bahwa jumlah produsen atau negara pesaing di pasaran internasional masih sangat terbatas.

Saat ini hanya negara Tahitti dan Borbon yang mengbangkan jenis komoditi yang sama. Hasil produksi Minyak Akarwangi asal Kabupaten Garut termasuk nominatif dunia, tetapi produksinya masih sangat terbatas baik dalam teknologi maupun permodalannya. Pada tahun terakhir nilai penjualan ekspor komoditas minyak akarwangi adalah sebesar 23.520 kg senilai 1.516.208,00 US$. Meskipun volume nilai ekspor mengalami kenaikan dari yang semula bernilai 1.175.920,00, namun kapasitas produksi ekspor menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 29.100 kg.
Beberapa masalah yang muncul berkaitan dengan pengembangan komoditas minyak Akarwangi antara lain:

   1. Jalur tata niaga komoditas Akarwangi masih terlalu panjang, khususnya jika dikaitkan dengan keberadaan para broker (calo);
   2. Kurangnya kerjasama diantara sesama pemilik/pengelola penyulingan, keterbatasan pemilik modal, dan akses terhadap permodalan;
   3. Keterbatasan penguasaan teknologi yang memadai, sehingga kualitas minyak Akarwangi yang dihasilkan relatif masih rendah.
Sumber : Pemerintah Kab Garut



KERAJINAN AKAR WANGI

KERAJINAN AKAR WANGI

Sebagai salah satu nominatif penghasil akar wangi terbesar dunia (lihat Produk Khas - Minyak Akar Wangi), masyarakat Kabupaten Garut telah mengupayakan pemanfaatan maksimal dari potensi sumber daya alam yang dimilikinya dengan cara membuat kerajinan berbahan akar wangi dalam wujud hiasan dinding/meja, taplak meja, vas bunga, tempat lilin, sajadah, dekorasi dan produk kreatif lainnya.


Keistimewaan kerajinan Akar Wangi ini adalah: memiliki fungsi tertentu (misalnya tempat tisue), memiliki karakteristik menarik dan unik (karena dibuat dari bahan minor yang masih langka), serta dapat menjadi pengharum yang menyegarkan ruangan.  Konon rumput Akar Wangi ini sudah dikenal sejak lama yang dipergunakan untuk pwewangi batik, maupun pengharum lemari penyimpan pakaian atau benda-benda pusaka seperti keris.

Permintaan terhadap kerjainan akar wangi dari Kabupaten Garut terus meningkat baik di tingkat lokal maupun internasional. Setidaknya terlihat dalam sektor perdagangan ekspor yang dilaporkan terakhir Disperindag Kabupaten Garut bahwa volume kerajinan akar wangi mencapai kisaran 6000 unit dengan harga 30,300,0 US$.    Saat ini, permintaan ekspor sajadah akar wangi ke negara-negara Arab terus meningkat dari tahun-ke tahun.
sumber: garutkab

Batu Aji GArut


 Caringin merupakan daerah penggalian batu aji. Berbagai jenis batu akik dapat dipesan seperti Liontin batu untuk cincin, giwang dan lain-lain dengan polesan yang sangat rapih. Jenis yang sangat popular adalah yang berwarna hijau muda.


Jenisnya sangat beragam seperti krisopras – Jamrud Garut, native copper (Batu Urat Tembaga), agat, kuarsa/kalsedon (kecubung), kriskola, jaspir, fosil kayu terkersikkan, dan lain-lain. Peluang ekspor ke mancanegara cukup cerah dimana krisopras bisa mencapai harga US$ 300/kg. dan fosil kayu pancawarna US$ 25/kg.
Sumber :Garutkab

Beras Panawuan Garut


Beras Panawuan merupakan salah satu beras unggulan yang dihasilkan di kampung panawuan Kec. Tarogong Kidul  Garut dengan jenis sebutan lokal pandan wangi. Namun jenis beras tersebut, secara besar-besaran dikembangkan di kabupaten Cianjur sejak puluhan tahun lalu, sehingga dikenal dengan beras Cianjur, padahal asal muasalnya dari kampung Panawuan Garut, sebagaimana diakui
Kadin Tanaman Pangan Kabupaten Garut H Tatang Hidayat, MP.
Sumber : bloggergarut

Khas Garut Lainnya

Coklat Dodol Garut


Seperti yang telah banyak kita ketahui, Garut merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki panorama pemandangan yang sangat indah dan menakjubkan. Bahkan ada sebutan, kalau Bandung kita kenal dengan sebutan paris van java, begitu juga dengan Garut orang-orang sering menyebutnya dengan sebutan swiss van java. Kenapa di sebut demikian karena Garut termasuk area yang di kelilingi oleh gunung-gunung yang sangat sejuk di pandang mata seperti halnya keadaan topografis di negara Swiss yang memiliki banyak areal pegunungan.

Selain itu Garut juga memiliki kekayaan kuliner yang tidak kalah menariknya dengan ke indahan alamnya, contoh nya saja makanan yang paling khas dari Garut yaitu dodol, sebagian orang bahkan telah menganalogikan dodol dengan Garut, karena jenis makanan dodol sudah menjadi ciri khas dan menjadi salah satu icon makanan untuk kota Garut.

Tetapi dalam perkembangannya ternyata dunia kuliner di Garut melalui banyak sekali perkembangan, ini terbukti dengan munculnya jenis makanan baru asli kreasi dari kota Garut,varian makanan ini di namakan Chocodot (dibaca: cokodot.) jenis makanan ini muncul dari ide brilian seorang ahli kuliner asli putra Garut beliau bernama Kiki Gumelar, beliau membuat terobosan baru dengan dasar pemikiran ingin membuat jenis makanan baru tanpa harus meniggalkan tradisi makanan khas Garut (dodol) , maka terciptalah Chocodot (dibaca: cokodot.) pada dasarnya bahan yang di gunakan terdiri dari dua jenis coklat, yaitu dark chocolate dan white milk chocolate kemudian secara garis besar bahan coklat ini di kombinasi dengan bahan dodol asli Garut, maka terciptalah varian baru dari coklat yang di beri nama Chocodot (dibaca: cokodot.) .
Sumber 

DODOL GARUT




Dodol memang banyak ragamnya dan pembuatannya menjadi tradisi di beberapa daerah. Misalnya ada dodol Betawi, dodol Cina, dodol nanas Subang, dan ada pula dodol Garut. Namun dibandingkan dengan dodo]-dodol lain, mungkin dodol Garut paling banyak dikenal saat ini. Bukan hanya di Garut, tetapi di tingkat nasional pun dodol ini sudah diketahui sebagai makanan khas dari Garut. Belakangan, dodol Garut juga diekspor ke mancanegara. 


Seperti dodol-dodol lainnya, dodol Garut awalnya merupakan makanan tradisional yang dibuat dalam industri rumahan. Oleh karena itu, sangat sulit untuk meneliti siapa yang pertama kali membuat jenis dodol ini. Yang jelas dodol Garut sudah dikenal sejak zaman Belanda. Zaman itu, banyak noni-noni Belanda yang pandai membuat dodol, baik untuk makanan sendiri di rumah maupun untuk dijual. Seiring perkembangan zaman, dodol Garut kini diproduksi secara modern. Salah satu jenis dodol Garut yang sangat dikenal adalah dodol merk Picnic. Dodol Picnic diproduksi secara modern oleh PT Herlina Cipta Pratama di sebuah pabrik yang cukup besar di Jl. Pasundan Garut. Dodol ini tidak hanya dipasarkan di dalam negeri, tetapi sebagian diekspor ke mancanegara. 

Sukses yang diraih Dodol Picnic tidak diperoleh begitu saja. Dodol khas Garut ini bisa dikenal seperti sekarang karena perjuangan yang gigih dan panjang Haji Iton, pengusahanya. Dalam sejarahnya Dodol Picnic pernah gonta-ganti merk dan kemasan sebagai akibat dari persaingan dan pengaruh pasar. Pertama kali dodol ini menggunakan merk Halimah. Tahun 1950, merknya diganti menjadi dodol Fatimah. Empat tahun kemudian, yakni pada 1954, merknya diganti lagi menjadi dodol Purnama. Bungkusnya pun berubah-ubah. Awalnya hanya menggunakan kertas biasa. Kemudian diganti dengan kertas minyak dan plastik PVC. 

Dari dodol Purnama berganti merk lagi menjadi dodol Herlina yang kemasannya mulai menggunakan kertas duplek. Namun merk dodol Herlina pun tidak bertahan lama, karena kemudian diubah lagi menjadi dodol Picnic hingga sekarang. Merk dodol Picnik kemudian dipatenkan pada tanggal 14 Juli 1959. Kesuksesan pengusaha dodol Picnic meraih pasar dalam dan luar negeri banyak mendorong pengusaha dodol lainnya untuk memproduksi dodol serupa. Tak heran jika kemudian di Garut banyak ditemukan berbagai merk dodol dengan kemasan yang sangat mirip. 

Kenyataan ini membuat pengusaha dodol Picnic harus berpikir keras agar dodolnya tetap memiliki karakter yang khas dan bisa dibedakan dengan dodol-dodol lain yang sejenis. Oleh karena itulah, dodol Picnic kemudian didaftarkan ke Departemen Kesehatan dan kemasannya dirancang sedemikian rupa sehingga terkesan elegan dan variatif. 

Sejatinya dodol Garut banyak ragamnya. Ada dodol ketan, dodol kacang, dodol buah-buahan, ada pula angleng. Jika kita berkunjung ke toko-toko penjual oleh-oleh khas Garut, akan kita temui berbagai ragam dodol Garut dalam kemasan yang berbeda. Jika dodol ketan dan buah - buahan dibungkus dengan kertas minyak atau plastik, dodol kacang dan angleng biasanya dibungkus dengan daun jagung kering. 
sumber : garutpedia

Oleh-oleh Garut lainnya

JERUK GARUT



Citra Kabupaten Garut sebagai sentra Produksi Jeruk di Jawa Barat khususnya dan nasional pada umumnya, diperkuat melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 760/KPTS.240/6/99 tanggal 22 Juni 1999 tentang Jeruk Garut yang telah ditetapkan sebagai Jeruk Varietas Unggul Nasional dengan nama Jeruk Keprok Garut I. Penetapan tersebut pada dasarnya menunjukkan bahwa Jeruk Garut merupakan salah satu komoditas pertanian unggulan nasional yang perlu terus dipertahankan dan ditingkatkan kualitas maupun kuantitas produksinya.


Sudah sejak lama, jeruk Garut telah popular dan menjadi trademark Kabupaten Garut. Oleh karena itu, sesuai dengan Perda No. 9 Tahun 1981, jeruk garut telah dijadikan sebagai komponen penyusun lambang daerah Kabupaten Garut. Selain sebagai buah ciri khas Kabupaten Garut, jeruk merupakan komoditas sub-sektor pertanian tanaman pangan yang mempunyai prospek cukup cerah dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi.

Sebagai komoditas unggulan khas daerah, Jeruk Garut mempunyai peluang tinggi untuk terus dikembangkan karena keunggulan komparatif dan kompetitifnya serta adanya peluang yang masih terbuka luas. Dengan berbagai usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya, Jeruk Garut akan mampu bersaing dengan produk sejenis baik pada tingkat l nasional seperti halnya Jeruk Medan, Jeruk Pontianak serta jeruk impor seperti Jeruk Mandarin dan Jeruk New Zealand.

Sebagai daerah sentra produksi jeruk, Pemerintah Kabupaten Garut yang didukung oleh pihak-pihak terkait terus berusaha untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksinya. Saat ini belum ada sumber yang melaporkan kapasitas jeruk garut secara spesifik. Menurut petani jeruk yang dihubungi pihak garutkab.go.id, pada masa jayanya, daerah penghasil Jeruk Garut terbaik adalah daerah Cigadog, Wanaraja yang kini masuk ke dalam wilayah Kecamatan Sucinaraja. Sumber tersebut mengakui kejayaan Jeruk Garut musnah ketika daerahnya diselimuti abu hasil letusan Gunung Galunggung yang ketebalannya mencapai 1 meter lebih.

Perlu diakui bahwa kejayaan Jeruk Garut dulu tidak bisa dirasakan seutuhnya kini. Sebagai gambaran kejayaannya, pada akhir tahun 1987 populasi jeruk masih tercatat 1,3 juta pohon yang tersebar di lahan seluas kurang lebih 2.600 hektar dengan jumlah produksi yang dihasilkan kurang lebih 26.000 ton/tahun. Namun, dalam kurun waktu 5 tahun kemudian, populasinya menurun drastis. Pada akhir tahun 1992 tinggal sekira 52.000 pohon. Sehingga tidaklah mengherankan kalau saat ini, kita tidak melihat deretan penjual jeruk Garut di sepanjang jalan Bandung - Garut, atau kita tidak akan menemukan pedagang asongan di dalam bis yang menjajakan jeruk Garut asli.

Menurunnya populasi jeruk Garut secara extrim lebih diutamakan karena serangan penyakit citrus vein phloem degeneration (CVPD) yang bersumber dari sebuah bakteri (bukan virus) bernama lybers bacteri aniaticum. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti Jepang, Prancis, dan LIPI diketahui bahwa bakteri yang menggerogoti tanaman jeruk tidak menular lewat tanah ataupun biji yang diambil dari tanaman jeruk yang terserang penyakit, tetapi ditularkan melalui serangga sejenis kutu loncat jeruk (diaphorina citry). Kutu loncat jeruk menularkan penyakit dengan cara mengisap cairan daun berpenyakit, kemudian mengisap daun jeruk yang sehat. Sekarang tinggal bagaimana memberantas serangga penular secara efektif agar penyakit ini tidak menyebar luas.

Terungkapnya sumber penyakit ini, membuat Pemkab Garut melangkah pasti dalam melakukan upaya rehabilitasi jeruk Garut yang salahsatunya melakukan upaya pengembangan produksi di lokasi nonendemis.. Upaya dari Pemkab Garut dan para petani itu perlahan tetapi pasti sudah mulai menampakkan hasil. Kini, telah ditanam kembali lebih dari 1.000.000 pohon jeruk atau sekira 40% dari target di atas lahan seluas 1.000 ha yang tersebar di Kecamatan Samarang, Pasirwangi, Bayongbong, Cisurupan, Cilawu, Karangpawitan, Pameungpeuk, Cikelet, Cisompet, dan Cibalong. Semoga upaya ini akan mengembalikan kembali produktivitas Jeruk Garut sebagai salah satu identitas Kabupaten Garut.
sumber : garutkab

Sambel Cibiuk


Menurut sumber yang tersebar di masyarakat Kecamatan Cibiuk, bahwa resep sambel Cibiuk dibawa dari  Arab. Terlepas benar atau tidaknya, sambel yang dibuat di kecamatan cibiuk ini mempunyai perbedaan dengan sambal-sambal lainnya karena dibuat dari bahan: tomat hijau, serawung, cabe rawit dan bumbu lainnya. Walaupun pedas tetapi tidak akan
menimbulkan panas pada perut yang menkonsumsinya. Karena terkenalnya, maka sekarang restoran dengan menu sambel Cibiuk sudah ada di berbagai kota besar khususnya Bandung dan Jakarta. Sambal Cibiuk mulanya hanya disajikan bila ada tamu Istimewa atau Agung. Jaman dahulu sambal ini hanya dapat dinikmati oleh masyarakat Cibiuk dan para pejabat saja, tetapi seiring perkembangan peradaban maka sekarang dapat dinikmati oleh seluruh kalangan. Rumah makan sambal Cibiuk yang ada saat ini di Kecamatan Cibiuk adalah keturunan-keturunan langsung dari pemegang resep Sambal Cibiuk yang khas. Akan tetapi untuk sekadar mengenal saja seperti apa sambal Cibiuk, Anda dapat memesannya di berbagai rumah makan di Garut Kota, Tarogong dan sekitarnya misalnya di Jl. OTISTA dan Jl. Veteran.
Sumber : bloggergarut

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites